Wednesday, May 4, 2011

SURAT CINTA UNTUK (calon) SUAMIKU

Assalamu’alaikum Warahmatullahe Wabarakatuhu…

Dear calon suamiku…Apa kabarnya imanmu hari ini? Sudahkah harimuu ini diawali dengan syukur karena dapat menatap kembali fananya hidup ini? Sudahkah air wudhu menyegarkan kembali ingatanmu atas amanah yang saat ini tengah kau genggam?

Wahai Calon Suamiku…Tahukah engkau betapa Allah sangat mencintaiku dengan dahsyatnya. Disini aku ditempa untuk menjadi dewasa, agar aku lebih bijak menyikapi sebuah kehidupan dan siap mendampingimu kelak. Meskipun kadang keluh dan putus asa menyergapi, namun kini kurasakan diri ini lebih baik. Kadang aku bertanya-tanya, kenapa Allah selalu mengujiku tepat di hatiku. Bagian terapuh diriku, namun aku tahu jawabannya. Allah tahu dimana tempat yang paling tepat agar aku senantiasa kembali mengingat-Nya kembali mencintai-Nya. Ujian demi ujian Insya Allah membuatku menjadi lebih tangguh, sehingga saat kelak kita bertemu, kau bangga telah memiliki aku, di hatimu, menemani harimu.

Calon suamiku…Entah dimana dirimu sekarang. Tapi aku yakin Allah pun mencintaimu sebagaimana Dia mencintaiku. Aku yakin Dia kini tengah melatihmu menjadi mujahid yang tangguh, hingga akupun bangga memilikimu kelak. Apa yang kuharapkan darimu adalah keshalehan. Semoga sama halnya dengan dirimu. Karena apabila kecantikan yang kau harapkan dariku, hanya kesia-siaan yang dapati. Aku masih haus akan ilmu. Namun berbekal ilmu yang ada saat ini, aku berharap dapat menjadi isteri yang mendapat keridhaan Allah dan dirimu, suamiku.

Wahai calon suamiku…Saat aku masih menjadi asuhan ayah dan bundaku, tak lain doaku agar menjadi anak yang solehah, agar kelak dapat menjadi tabungan keduanya di akhirat. Namun nanti, setelah menjadi isterimu, aku berharap menjadi pendamping yang solehah agar kelak disurga cukup aku yang menjadi bidadarimu, mendampingi dirimu yang soleh. Aku ini pencemburu berat. Tapi kalau Allah dan Rasulullah lebih kau cintai daripada aku, aku rela. Aku harap begitu pula dirimu.

Pernah suatu ketika aku membaca sebuah kisah; “Aku minta pada Allah setangkai bunga segar, Dia memberiku kaktus berduri. “Aku minta kepada Allah hewan mungil nan cantik, Dia beri aku ulat berbulu.“Aku sempat kecewa dan protes. Betapa tidak adilnya ini. Namun kemudian kaktus itu berbunga, sangat indah sekali. Dan ulatpun tumbuh dan berubah menjadi kupu-kupu yang teramat cantik. Itulah jalan Allah, indah pada waktunya. Allah tidak memberi apa yang kita inginkan, tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan. ”Aku yakin kaulah yang kubutuhkan, meski bukan seperti yang aku harapkan.

Calon suamiku yang di rahmati Allah…Apabila hanya sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita, takkan kunamai dengan gubuk derita. Karena itulah markas dakwah kita, dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta dan kasih. Ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita, Bantu aku untuk bersama mendidiknya dengan harta yang halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bunga akan indah pada waktunya. Yaitu ketika bermekaran menghiasi taman. Maka kini tengah kupersiapkan diri ini sebaik-baiknya, bersiap menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku. Kini aku sedang belajar menjadi yang terbaik. Meski bukan umat yang terbaik, tapi setidaknya menjadi yang terbaik disisimu kelak.

Calon suamiku…Inilah sekilas harapan yang kuUkirkan dalam rangkaian kata. Seperti kata orang, tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Itulah yang kini kuhadapi. Kelak saat kita tengah bersama, maka disitulah kau akan memahami diriku, sama halnya dengan diriku yang akan belajar memahamimu. Hidup ini indah bila engkau selalu hadir di sisiku setiap waktu, hingga aku hembuskan nafas yg terakhir

Ya Allah..Ampunilah dosa ku yang telah kuperbuat, Limpahkanlah aku dengan kesabaran yang tiada terbatas, Berikanlah aku kekuatan mental, Karuniakanlah aku dengan sifat keredhaan Peliharalah lidahku dari kata-kata nista, Kuatkanlah semangatku menempuhi segala cobaan Mu, Berikanlah aku sifat kasih pada sesama insan,

Ya Allah…Sekiranya kelak engkau pertemukanku dengan (calon) suami pilihanMu, Berilah aku kekuatan dan keyakinan untuk terus bersamanya, Sekiranya kelak (calon) suamiKu adalah suami yang akan membimbing tanganku dititianMu. Karuniakanlah aku sifat kasih dan redha atas segala perbuatannya, Sekiranya kelak (calon) suami ku adalah bidadara untuk ku di JannahMu, Limpahkanlah aku dengan sifat tunduk dan tawaduk akan segala perintahnya. Sekiranya kelak (calon) suamiKu adalah yang terbaik untukku di DuniaMu, Peliharalah tingkah laku serta kata-kataku dari menyakiti perasaannya. Sekiranya kelak (calon) suami ku adalah jodoh yang dirahmati olehMu, Berilah aku kesabaran untuk menghadapi segala macam masalah. Tunjukkanlah aku jalan yang terbaik untuk aku harungi segala dugaanMu, Seandainya nanti (calon) suami ku tergoda dengan keindahan duniaMu, Limpahkanlah aku kesabaran untuk terus membimbingnya. Seandainya nanti (calon) suamiku tunduk terhadap nafsu yang melalaikan, Karuniakanlah aku kekuatanMu untuk memperbaiki keadaannya. Seandainya nanti (calon) suamiku menyintai kesesatan, Bimbinglah aku untuk menarik dirinya keluar dari keterlenaannya.

Ya Allah…Engkau yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untukKu, Engkau juga yang Maha Mengampuni segala kekhilafan dan keterlanjuranKu, Seandainya aku tersilap berbuat keputusan, Bimbinglah aku ke jalan yang Engkau ridhai, Seandainya aku lalai dalam tanggungjawabku sebagai isteri, Hukumlah aku didunia tetapi bukan diakhiratMu, Seandainya aku ingkar dan durhaka, Berikanlah aku petunjuk kearah rahmatMu
Ya Allah…Sesungguhnya aku lemah tanpa petunjukMu, Aku buta tanpa bimbingan Mu, Aku cacat tanpa hidayah Mu, Aku hina tanpa Rahmat Mu

Ya Allah…Kuatkan hati dan semangatku, Tabahkan aku menghadapi segala cobaanMu, Jadikanlah aku isteri yang disenangi suami, Bukakanlah hatiku untuk menghayati agama Mu, Bimbinglah aku menjadi isteri Solehah.
Hanya pada Mu Ya Allah…Ku mohon segala harapan Karena aku pasrah dengan dugaanMu, Karena aku sadar hinanya aku, Karena aku hanyut dengan keindahan duniaMu, Karena kurang kesabaranku menghadapi cobaanMu, Karena pendek akal ku mengarungi ujian Mu,

Ya Allah Tuhanku, Aku hanya ingin menjadi isteri yang dirahmati, Isteri yang dikasihi, Isteri yang solehah, Isteri yang sentiasa dihati,

Aamin, Ya Rabbal ‘Alamiin…….

Memang benar, gelora rindu itu mampu merobek segala macam tutup dan membuka semua rahasia. Rasa rindu itulah merupakan “Greget Cinta” yang mampu melemahkan roh, karena ia memikul beban penguasaan cinta yang memuncak di saat ada manisnya. Seandainya saat itu ada bagian yang dipotong, ia tidak akan merasakan apa-apa. Cinta itu ibarat condongnya hati terhadap sesuatu yang amat terasa keindahannya. Kalau condongnya hati terlalu kuat dan menggebu-gebu artinya sudah sampai pada tingkat rindu. Rasanya seseorang akan menjadi budakpun untuk yang dicintaipun akan dilakukan, bahkan membelanjakan semuanya demi yang dicintaipun dilakukannya pula.

Dalam Al-Qur'an telah dikisahkan mengenai cinta dan mencintai yang dicontohkan pada kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha. Tidakkah engkau lihat Zulaikha? Hanya demi cintanya kepada Yusuf, ia kehilangan kecantikan dan semua yang dimiliki diserahkan demi Yusuf, termasuk mutiara dan kalung emas seberat 70 unta. Semuanya amat ringan demi pengorbanan cinta, bahkan kalung yang bisa membuat seseorang langsung kaya seketika itupun diberikan demi cinta, sampai-sampai tak tersisa sedikitpun harta Zulaikha. Sesuatu di sekitarnya selalu terbayang Yusuf, di mana-mana ada Yusuf, mau makan, mau minum, mau tidur, mau mandi, dan mau...selalu terbayang Yusuf (eh seperti lagunya Evi Tamala ya??), bahkan mau mendongak ke langit terbentang nama Yusuf berjajar amat indah diantara bintang-bintang.

Ada suatu riwayat, "Sesungguhnya Siti Zulaikha setelah beriman dan menikah dengan Yusuf terpenuhi keinginannya, ternyata ia selalu menjauh dan menyendiri dari Yusuf untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bila Yusuf mengajaknya siang, maka ia menahannya sampai malam hari. Bila Yusuf mengajaknya malam hari, iapun menahan sampai waktu siang”. Akhirnya Zulaikha berkata : "Wahai Yusuf, sesungguhnya aku sudah mencintaimu jauh sebelum aku mengenal Dia. Namun ketika aku mengenal-Nya hatiku tak ada ruang lagi meletakkan cinta terhadap sesuatu yang lain selain Dia, termasuk kamu. Dan aku tidak menghendaki ada pengganti kecuali hanya Dia saja".

Selanjutnya, Yusuf memberi pengertian kepada Zulaikha, dan berkata, "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintah aku berbuat demikian (jima'), maka akan keluarlan dari rahimmu dua orang putra yang Dia jadikan nabi-Nya". "Kalau memang begitu perintah Allah, yang menjadikan aku jalannya ke sana, artinya perbuatan itu masih disebut taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala". Sejak itu, hati Zulaikha baru tenang di sisi Yusuf.

Semoga kisah rindu yang saling mencintai ini dapat memberikan pencerahan

Credit to penulis asal....